Friday, August 7, 2015

Tentang Merelakan



#Cerita ini adalah kejadian nyata beberapa semeseter silam#

Saya termasuk orang yang agak males kalau harus pergi-pergi sendiri, kalau gak kepepet banget ya cari orang yang bisa nemenin. Jadi wajar kalau kadang pergi ke suatu tempat masih sama Ibu. Pernah suatu ketika pergi berdua sama Ibu ke tempat perbelanjaan. Saya iseng liat-liat jaket. Ada satu jaket simple yang cukup menarik perhatian waktu itu. Setelah proses PDKT kurang lebih 15 menit, jaket itu saya bawa ke penghulu kasir. Sampai di kasir pas mau bayar ternyata Ibu ngeluarin duit. Iya, akhirnya jaket itu ibu yang bayar.
Singkat cerita jaket itu cukup sering saya pake buat ke kampus. Saya seneng akhirnya sekarang gak selalu pake jaket organisasi terus. Bukan karena nggak bangga sama organisasinya, tapi karena makin lama Saya mulai merasa kaya Naruto, yang kemana-mana bajunya sama terus. Saya gak mau temen-temen mengira setiap hari saya berangkat ke kampus dengan cara melompat dari satu  pohon ke pohon lain. Minggu demi minggu berlalu, saya cukup nyaman dengan jaket baru ini dan mulai bisa melupakan mantan jaket organisasi. Hingga suatu ketika kejadian itu datang….
Waktu itu kira-kira siang jam 2 dan gak biasanya jam segitu saya udah pulang. Gak biasanya juga saya memutuskan untuk nggak pake jaket pemberian Ibu. Jaketnya cuma saya sangkutin di tali tas sambil naik motor. Setengah perjalanan gak terjadi apa-apa, sampai suatu ketika saat meliwati jalan yang cukup terik, motor saya tiba-tiba seret. Rasanya kaya ada orang yang narik dari belakang. Saya berhenti, tengkok belakang, kanan kiri, gak ada apa-apa. Pas nengok ke bawah saya kaget, jaket baru saya lagi teriak-teriak minta tolong karena kelilit di rante motor. Saya pinggirin motor dan mulai mengotak-atik buat ngelepasin jaket itu. 5 menit di pinggir jalan yang terik, diatambah perasaan yang gak karuaan cukup bikin saya keringetan. Lagi pusing-pusingnya tiba-tiba ada cabe-cabean lewat. Tanpa rasa empati sama sekali dia bilang

“Ngapain Mas hehe?”

Cabe-cabean itu nanya sambil cengengesan. Biasanya sih, kalo ada cabe-cabean kaya gitu langsung saya bungkus, tapi karena yang ini udah kering saya biarkan dia berlalu. Mulai frustasi saya putar otak. Saya inget kalo 500an meter dari sini ada bengkel. Meskipun sepi, motor saya tinggal. Saat itu mungkin cuma Aderai dan Agung Hercules yang bisa mindahin itu motor, jadi saya gak khawatir. Saya jalan panas-panasan sambil pake helm. Saat itu tangan ini udah gak cukup kuat buat megang helm karena terus kepikiran sama jaket. Sampai di bengkel cuma ada satu Mas-Mas yang lagi ganti ban mobil sama ban vixi.

“Mas motor saya disana gak bisa jalan karena jaket saya kelilit di rante. Bisa gak kesana buat bantu ngeluarin? di copot ban nya mungkin”
“Wah maaf Mas, Saya lagi gak bisa bawa alat kesana. Coba aja mas nya bawa ini”

Mas bengkel itu ngasih sebuah silet. Saya diam sejenak. Dalam hati saya berpikir, apa ini maksudnya saya disuruh galau sambil nyilet-nyilet tangan dan nulis nama mantannya temen? Hmm bukan. Silet itu harus saya pake buat motong-motong jaketnya biar bisa dikeluarin dari rante. Masih pake helm yang sama, saya jalan lagi balik ke tempat motor.
            
           Saat sampai, saya sempet duduk sebentar tiga menitan. Hubungan saya dengan jaket ini kurang lebih satu bulan. Bahkan kita belum sempat merayakan anniversary 1 bulanan (?). Saya gak bisa kalo harus nyilet-nyilet jaket itu. Saya coba ngeluarin jaketnya pake tangan, sampai akhirnya saya nyerah dan memutuskan pake silet pemberian Mas bengkel. Baru 4-5 siletan, cabe-cabean kering tadi, lewat lagi. Masih dengan gayanya yang ngeselin.

                “hahaha masih disitu aja mas?”

Rasanya waktu itu pengen langsung saya ulek di tempat. Tapi saya biarin dia lewat dan melanjutkan menyilet jaket malang ini. 5 menit lebih saya silet-silet jaketnya, dan gak ada tanda-tanda bakal bebas dari rante. Saya berhenti, duduk di samping motor. Bukan karena putus asa, tapi karena perlu waktu sejenak buat berpikir apa yang harus dilakukan sekarang. Saya buka jok motor berharap ada sesuatu yang bisa dipake. Ada obeng. Akhirnya saya pake buat buka penutup rantenya. Mulai ada harapan, lebih banyak  bagian jaket yang bisa dipotong-potong. 10 menitan setelah proses silet-tarik-silet-tarik, akhirnya semuanya bisa lepas dari lilitan rante. Tanpa buang waktu saya langsung tancap gas pulang ke rumah setelah ngembaliin silet dan bilang terima kasih ke Mas bengkelnya.


Beberapa hari setelah itu saya masih belum bisa nerima, waktu terasa begitu singkat. Ternyata saya cuma dapet waktu 1 bulan pake jaket itu dan harus  menerima kenyataan saya balik lagi jadi kaya Naruto. Tapi diluar itu, kita semua tau kalo dari setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Dari kejadian ini saya belajar buat merelakan, belajar buat mengikhlaskan sesuatu. Sering kali karena terlalu mencintai sesuatu kita jadi berusaha mati-matian buat mempertahankan, padahal itu gak baik dan bikin kita jadi gak bisa  bergerak buat terus menjalani hidup. Merelakan emang bukan perkara mudah, soal jaket aja saya perlu waktu sejenak buat berpikir jernih dan menguatkan hati supaya bisa terus lanjut jalan, pulang sampe rumah. Masa setelah berhasil merelakan juga gak mudah. Boleh jadi ada sesuatu yang berubah, ada yang terasa berbeda dan kita harus siap sama hal itu. Contohnya kaya motor saya yang setelah kejadian itu cuma bisa dipake sampai kecepatan 20 km/jam, lebih dari itu bakal buang rante.
Saya anggap ini sebagai latihan kecil supaya jadi manusia yang lebih baik dan lebih kuat lagi. Saya yakin yang namanya merelakan, mengikhlaskan dan bersabar itu merupakan hal baik, dan hal baik itu tentunya kalau dilakuin akan membawa dan menghasilkan kebaikan pula. Yaa meskipun, sampai tulisan ini dibuat, saya masih belum dapet pengganti jaket yang “ilang” itu. Tapi ini pasti cuma soal waktu, lusa mungkin saya akan mendapat sesuatu yang lebih baik. Sampai sekarang jaket itu masih saya simpen di rumah, lengkap dengan bekas oli dan bau keringetnya. Suatu saat nanti saya pasti mengalami saat dimana harus merelakan dan mengiklhaskan hal yang jauh lebih sulit dari sekedar jaket. Mungkin saat masa itu tiba, saya butuh melihat jaket itu lagi supaya bisa merelakan dan mengikhlaskan.
Oke, kayanya cukup segitu aja dulu. Kayanya yang baca udah bosen karena bahas jaket jadi sepanjang ini hehe. Maaf kalau kalian berharap ada kisah cinta dengan seorang perempuan di tulisan ini. Waktu kejadian ini, baru ada cintanya aja perempuannya belum. Semoga bermanfaat buat yang baca. Semoga nanti saya bisa nulis suatu kisah lagi.


Sunday, June 7, 2015

Database Kapal Pesiar



Dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Management Information System (MIS), saya diberi tugas untuk membuat relational database dengan topik kapal pesiar. Setiap mahasiswa mendapat topic yang berbeda. Tugas ini merupakan tahap lanjut tugas sebelumnya tentang database penghuni asrama. Tugas ini dibuat dimaksudkan untuk mengetahui loyalitas pelanggan yang merupakan bagian dari Customer Relationship Management (CRM). Sama dengan tugas sebelumnya, kali ini saya juga menggunakan Microsoft Access 2007. Data-data terkait database ini saya dapat dari penyedia jasa liburan menggunakan kapal pesiar yang memilki tur di Amerika, Eropa, dan Asia, yang menyediakan beberapa datanya secara online. Pada tugas ini saya membuat 5 table yaitu kapal, karyawan, paket layanan, pelanggan, dan transaksi. Data pelanggan berjumlah 300 buah dan data transaksi sebanyak 500 buah. Sama dengan tugas selanjutnya dibuat pula 200 pertanyaan dan beberapa query yang digunakan untuk menjawab. Berikut tampilan dari database kapal pesiar yang saya buat.

Database Penghuni Asrama



Setelah memelajari mengenai relational database. Mahasiswa diminta membuat relational database penghuni asrama sebagai tahap awal proses belajar untuk membuat database. Saya membuat database penghuni dengan sederhana menggunaakan Microsoft Access, dimana pada database tersebut berisi 3 table yaitu, data mahasiswa, informasi pribadi, dan pendidikan. Ketiga table tersebut berisi sebatas informasi mengenai mahasiswa. Setiap table berisi 4 sampai 5 field, yang saling terhubung melalui ID Mahasiswa. Selain itu dibuat pula pertanyaan sebanyak 200 buah dan tidak boleh berulang. Pertanyaan ini akan dapat dijawab menggunakan beberapa query yang sudah dibuat. Berikut ini tampilan dari database yang saya buat di Microsoft Access.

Relational Database untuk Analisis Bibliometrik


Relatioal Database merupakan database yang saling terhubung satu sama lainnya. Relational Database  berfungsi untuk memudahkan pencarian data. Pada jurnal “A relational database for bibliometric analysis” dikembangkan skema relational database untuk database bibliometrik. Masalah database bibliometrik yang kurang memadai telah dibahas (moed, 1988) dan solusi yang diusulkan adalah mendownload data dari database on-line dan menyimpannya ke dalam database rumahan. Maka dari itu penulis memberi gambaran mengenai skema relational databes untuk database bibliometrik umum. Pemodelan data dilakukan dengan menggunakan  teknik pemodelan entity-relationship berdasarkan data struktural yang biasa ditemukan di artikel jurnal. Kegunaan dari skema database yang dikembangkan ditunjukkan dalam query SQL untuk masalah bibliometrik umum. Skema database dalam jurnal tidak mencakup data untuk semua masalah bibliometrik yang ada, meskipun begitu skema tersebut dapat menjadi dasar yang kuat untuk masalah-masalah lainnya.

 

Business Process Re-engineering. Proses Pembuatan dan Perpanjangan Izin Usaha


Pada tulisan saya yang sebelumnya sudah dibahas mengenai rekayasa ulang proses bisnis (BPR) sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja pada aspek biaya, pelayanan, dan kecepatan. Sebagai salah satu proses belajar untuk semakin memahami BPR, kami diminta membuat proses bisnis sesuai tema yang diberikan. Saya bersama Mila dan Windi membuat bisnis proses pembuatan dan perpanjangan izin usaha. Proses bisnis pembuatan dan perpanjangan izin usaha ini kami ambil dari proses bisnis pembuatan izin usaha oleh BPMP2T (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu) di Kota Depok. Data proses bisnis ini kami dapatkan melalui wawancara dengan Mbak Nisa, Staf UKM Center FEUI dan Bapak Saeful, Staf Perizinan BPMP2T Kota Depok.

BPMP2T Kota Depok menangani pengurusan beberapa macam izin, salah satunya adalah pembuatan dan perpanjangan izin usaha. Dalam tugas ini, kami mengambil cakupan kegiatan pembuatan dan perpanjangan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Dalam pembuatan Surat Izin Usaha Perdagangan, dokumen yang diperlukan untuk setiap jenis usaha baik PT, CV, Koperasi, ataupun Perorangan berbeda-beda, namun dokumen inti yang harus ada di setiap jenis usaha sama, yaitu :
- Surat izin gangguan HO
- Fotokopi KTP
- Fotokopi NPWP
- Neraca Awal Perusahaan
- Foto Pemilik/Penanggung Jawab

Proses pembuatan dan perpanjangan surat izin usaha umumnya sama, perbedaannya ada di pembuatan surat izin gangguan HO. Surat izin gangguan HO adalah surat surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat. Untuk pembuatan SIUP, pengaju harus membuat surat izin gangguan HO terlebih dahulu. Sementara untuk memperpanjang SIUP, tidak perlu membuat surat izin gangguan HO lagi, cukup memberikan fotokopi atau bukti kepemilikan surat izin gangguan HO.

Berikut kami gambarkan proses ringkas pembuatan dan perpanjangan SIUP:




Contoh pembuatan BPM izin usaha
menggunakan software Oracle BPM Studio:
Setelah itu kami diminta untuk membuat improvement dari bisnis proses tersebut. Beikut hasil improvement berupa penurunan waktu pembuatan/perpanjangan izin usaha: